Senin, 05 Juni 2017

Contoh Makalah Tentang Sejarah Masuknya Islam



BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
          Banyak ahli yang berdiskusi dan mengadakan penelitian mengenai awal masuknya agama islam di Indonesia,yaitu dari mana mereka datangnya, siapa yang membawanya dan waktu kedatangannya. Beberapa teori yang menjawab pertanyaan-pertanyaan itu tampaknya tidak memberi jawaban yang meyakinkan. Oleh karena itu, setiap teori nyaris gagal menangkap kompleksitas dan kerumitan proses konversi dan islamisasi. Tidak aneh kalau kemudian satu teori tertentu tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan menantang yang diajukan teori lain yang muncul sebagai teori tandingan. Sejumlah ahli mengajukan teori bahwa sumber Islam di Kepulauan Melayu Indonesia adalah Anak Benua India selain Arab dan Persia.
 Orang pertama yang mengemukakan teori ini adalah Pijnappel yang berkebangsaan Belanda,Teori ini kemudioan direvisi oleh Snouck Hurgronje yang menyatakan bahwa ketika Islam memperoleh pijakan yang kuat di kota-kota pelabuhan India Selatan, sejumlah Muslim Dhaka banyak yang hidup disana sebagai perantara dalam perdagangan antara Timur Tengah dan Nusantara datang di Kepulauan Melayu sebagai para penyebar Islam pertama. Snouck Hurgronje berpendapat bahwa abad ke12 merupakan waktu yang paling mungkin bagi saat paling awal islamisasi di Kepulauan Melayu Indonesia. Moquette, berpendapat bahwa asal usul Islam di Nusantara adalah Gujarat di Pesisir India Selatan. Dia mendasarkan kesimpulannya setelah mempertimbangkan gaya batu nisan yang ditemukan di Pasai Sumatra Utara yang identik dengan batu nisan Sunan Gresik, Jawa Timur. Dia menyatakan bahwa corak batu nisan yang ada di Pasai dan Gresik sama dengan yang ditemukan di Cambai, Gujarat. Namun, pendapat Moquette di tentang oleh Fatimi, ia berpendapat bahwa salah jika seluruh batu nisan yang ada di Pasai termasuk batu nisan Sunan Gresik sama dengan di Cambay.
Fatimi berpendapat bahwa bebtuk batu nisan itu sama dengan yang ada di Bengal (kini, Bangladesh). Sedangkan menurut Arnold, Coromandel dan Malabar bukan satu-satunya tempat asal kedatangan Islam, melainkan juga dari wilayah Arab. Dalam pendangannya, para pedagang Arab juga yang membawa Islam ketika mereka menguasai perdagangan Barat- Timur semenjak awal abad ke-7 dan ke-8. Namun, teori yang lebih masuk akal dari lebih bisa banyak dipakai dibandingkan dengan semua teori yang telah dibahas secara ringkas adalah teori dari A.H. Johns. Dengan mempertimbangkan kemungkinan sangat kecil bahwa para pedagang memainkan peranan paling penting dalam ekspansi Islam, dan dugaan motif yang bersifat ekonomi politik atau “balapan dengan Kristen” bagi bangsa melayu-indonesia, dia mengemukakan bahwa pada kenyataanya para sufi pengembaralah yang secara luas menjalankan dakwah Islam. Mereka berhasil mengislamkan kepulauan melayu-indonesia paling tidak semenjak abad ke13.
B. Rumusan Masalah
1.      Apakah bukti masuknya islam di indonesia?
2.      Bagaimana proses masuk dan berkembangnya islam di Indonesia?
3.      Apakah wujud  akulturasi kebudayaan  Indonesia dengan kebudayaan islam?
C. Tujuan  Penulisan
1.      Untuk mengetahui bukti-bukti masuknya islam ke indonesia.
2.      Untuk mengetahui proses masuknya islam dan perkembangan islam di Indonesia.
3.      Untuk mengetahui wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan islam.










BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia
   Suatu kenyataan bahwa islam datang ke Idonesia dilakukan secara damai. Berbeda dengan penyebaran islam di timur tengah yang dalam beberapa kasus. Disrtai dengan pendudukan wilayah oleh militer muslim. Islam dalam batas tertentu  disebarkan oleh pedagang, kemudin dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Oeh karena itu, wajar kalau terjadi perbedaan pendapat tentang kpan, dari mana, dan dimana pertama kali islam datang kenusantara. Namun, secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dbagi menjadi sebagai berikut :
1.      Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari Gujarat (bukan dari Arab langsung)dengan bukti di temukannya makam sultan yang beragama islam pertama malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan samudra oleh, raja pertama kerajaan samudra pasai yang dikatakan berasal dari Gujarat.
2.      Islam datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah ( abad ke 7-8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada sejak abad ke-7 M) melalui selat Malaka yang menghubungkan Dnasti Tang di Cina ( Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.
3.      Sarjan Muslim kontemporer seperti Taufiq Abdullah mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurut pendapatnya memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau ke-8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah dipelabuhan-pelabuhan. Barulah islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai.[1]
 Dari keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa tersebarnya Islam keindonesia adalah melalui salurna-saluran sebagai berikut:
a.       Perdagangan yang mempergunakan sarana pelayaran.
b.       Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama  parapedagang.
c.       Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, Mubalig dengan anak anak
      Bangsawan indonesia.
d.      Pendidikan, setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai kekuatan ekonomi dibandar-bandar seperti Gresik. Selain menjadi pusat-pusat  pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi; Maulana Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sultan Banten pertama.
e.       Tasawuf dan Tarekat, sudah diterangkan pula bahwa bersamaan dengan pedagang, datang pula para ulama, da’i dan sufi pengembara. Kemudian mereka diangkat menjadi penasihat dan atau pejabat agama di kerajaan. Seperti  di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nurudin ar-Raniri, Abd. Rauf Singkel.
B. Bukti Masuknya Islam Ke Indonesia
            Bukti masuknya Islam ke Nusantara Bukti awal mengenai agama Islam berasal dari seorang pengelana Venesia bernama Marco polo. Ketika singgah di sebelah utara pulau Sumatera, dia menemukan sebuah kota Islam bernama Perlakyang dikelilingi oleh daerah-daerah non-Islam. Hal ini diperkuat oleh catatan- catatan yang terdapat dalam buku-buku sejarah seperti Hikayat Raja-Raja Pasai dan Sejarah Melayu. Bukti kedua berasal dari Ibnu Batutah ketika mengunjungi Samudera Pasai pada tahun 1345 megatakan bahwa raja yang memerintah negara itu memakai gelar Islam yakni Malikut Thahbir bin Malik Al Saleh. Bukti ketiga berasal dari seorang pengelana Portugis bernama Tome Pires, yang mengunjungi Nusantara pada awal abad ke-16. Dalam karyanya berjudul Summa Oriental, dia menjelaskan bahwa menjelang abad ke-13 sudah ada masyarakat Muslim di Samudera Pasai, Perlak, dan Palembang. Selain itu di Pulau Jawa juga ditemukan makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 1082 M dan sejumlah makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13.[2]Golongan lain berpendapat bahwa Islam sebenarnya sudah masuk ke Nusantara sejak abad ke-7 Masehi. Pendapat ini didasarkan atas pernyataan pengelana Cina I-tsing yang berkunjung ke Kerajaan Sriwijaya pada tahun 671. Dia menyatakan bahwa pada waktu itu lalu-lintas laut antara Arab, Persia, India, dan Sriwijaya sangat ramai. Bukti kelima menurut catatan Dinasti Tang, para pedagang Ta-Shih(sebutan bagi kaum Muslim Arab dan Persia) pada abad ke-9 dan ke-10 sudah ada di Kanton dan Sumatera.
C. Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
1.      Teori Gujarat (Muhammad Fakir) Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a.       Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
b.      Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c.        Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard  H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan, Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak (Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
2.   Teori Makkah (Sjech Ismail dari Makiyah) Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah: 1. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina. 2.Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi. 3. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
3.    Teori Persia (P.A. Hoessein Djajaningrat) Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a.          Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b.         Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al– Hallaj.
c.          Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda tanda bunyi Harakat.
     d.   Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.[3]
  e.   Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat. Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang. Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tamat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing-masing. Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Di pulau Jawa, peranan  mubaligh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan walisongo yang merupakan suatu majelis yang berjumlah sembilan orang. Majelis ini berlangsung dalam beberapa periode  secara bersambung, mengganti ulama yang wafat / hijrah ke luar Jawa:
      Periode I : Penyebaran Islam dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim*, Maulana Ishaq Ahmad Jumadil Qubra, Muhammad Al-Magribi, Malik Israil*, Muhammad Al-Akbar*, Maulana Hasannudin, Aliyuddin*, dan Syeikh Subakir (-).
      priode II : Penyebaran Islam digantikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel Denta), Ja’far Shiddiq (Sunan Kudus), Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
      Periode III : hijrahnya Maulana Ishaq dan Syeikh Subakir, dan wafatnya Maulana Hassanudin dan Aliyuddin maka penyebar Islam pada periode ini dilakukan oleh Raden Paku (Sunan Giri), Raden Said (Sunan Kalijaga), Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) dan Raden Qashim (Sunan Drajat). [4]
           Periode IV : Penyebar Islam selanjutnya adalah Jumadil Kubra dan Muhammad Al-Maghribi dan kemudian digantikan oleh Raden Hasan (Raden Patah) dan Fadhilah Khan (Falatehan)
           Periode V : Untuk periode ini karena Raden Patah menjadi Sultan Demak maka yang menggantikan posisinya adalah Sunan Muria.
D. Perkembangan Politik Islam  Di Indonesia
1.   Sebelum Kemerdekaan
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad ke delapanmasehi. Ini mungkin didasarkan kepada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina pada tahun 1345 M. Agama islam yang bermahzab Syafi’I telah mantap disana selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII di anggap sebagai awal masuknya agama islam ke Indonesia.Daerah yang pertama-pertama dikunjungi ialah :
a.       Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai bisa mendirikan kerajaan islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara.
b.      Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit.
Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk islamnya penguasa kerajaan Mataram, yaitu: Sultan Agung maka kemenangan agama islam hampir meliputi sebagai besar wilayah Indonesia.Sejak pertengahan abad ke XIX, agama islam di Indonesia secara bertahap mulai meninggalkan sifat-sifatnya yang Singkretik (mistik). Setelah banyak orang Indonesia yang mengadakan  hubungan dengan Mekkah dengan cara menunaikan ibadah haji, dan sebagiannya ada yang bermukim bertahun-tahun lamanya.Adapun tahapan-tahapan “masa” yang dilalui atau pergerakan sebelum kemerdekaan, yakni :
a.  Pada Masa Kesultanan
Daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha adalah daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di Jawa. Agama islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama, social dan politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut agama islam itu telah menunjukkan dalam bentuk yang lebih murni. Dikerajaan tersebut agama islam tertanam kuat sampai Indonesia merdeka. Salah satu buktinya yaiut banyaknya nama-nama islam dan peninggalan-peninggalan yang bernilai keIslaman.
Dikerjaan Banjar dengan masuk islamnya raja banjar. Perkembangan islam selanjutnya tidak begitu sulit, raja menunjukkan fasilitas dan kemudahan lainnya yang hasilnya membawa kepada kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan islam. Secara konkrit kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan dengan adanya Mufti dan Qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli dalam bidang Fiqih dan Tasawuf.
Islam di Jawa, pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan jawa, ia banyak memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan yang dianut agama Hindu-Budha. Hal ini memberikan kemudahan dalam islamisasi atau paling tidak mengurangi kesulitan-kesulitan. Para wali terutama Wali Songo sangatlah berjasa dalam pengembangan agama islam di pulau Jawa.
Menurut buku Babad Diponegoro yang dikutip Ruslan Abdulgani dikabarkan bahwa Prabu Kertawijaya penguasa terakhir kerajaan Mojo Pahit, setelah mendengar penjelasan Sunan Ampel dan sunan Giri, maksud agam islam dan agama Budha itu sama, hanya cara beribadahnya yang berbeda.Oleh karena itu ia tidak melarang rakyatnya untuk memeluk agama baru itu (agama islam), asalkan dilakukan dengan kesadaran, keyakinan, dan tanpa paksaan atau pun kekerasan.
b.  Pada Masa Penjajahan
Dengan datangnya pedagang-pedagang barat ke Indonesia yang berbeda watak dengan pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India yang beragama islam, kaum pedagang barat yang beragama Kristen melakukan misinya dengan kekerasan terutama dagang teknologi persenjataan mereka yang lebih ungggul daripada persenjataan Indonesia. Tujuan mereka adalah untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan islam di sepanjang pesisir kepulauan nusantara. Pada mulanya mereka datang ke Indonesia untuk menjalin hubungan dagang, karena Indonesia kaya dengan rempah-rempah, kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut.[5]
Waktu itu kolonial belum berani mencampuri masalah islam, karena mereka belum mengetahui ajaran islam dan bahasa Arab, juga belum mengetahui sistem social islam. Pada tahun 1808 pemerintah Belanda mengeluarkan instruksi kepada para bupati agar urusan agama tidak diganggu, dan pemuka-pemuka agama dibiarkan untuk memutuskan perkara-perkara dibidang perkawinan dan kewarisan.
Tahun 1820 dibuatlah Statsblaad untuk mempertegaskan instruksi ini. Dan pada tahun 1867 campur tangan mereka lebih tampak lagi, dengan adanya instruksi kepada bupati dan wedana, untuk mengawasi ulama-ulama agar tidak melakukan apapun yang bertentangan dengan peraturan Gubernur Jendral. Lalu pada tahun 1882, mereka mengatur lembaga peradilan agama yang dibatasi hanya menangani perkara-perkara perkawinan, kewarisan, perwalian, dan perwakafan.
Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat urusan Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan mengenai masalah islam di Indonesia, karena Snouck mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di negeri Arab, Jawa, dan Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang dikenal dengan politik islamnya. Dengan politik itu, ia membagi masalah islam dalam tiga kategori :
a.   Bidang agama murni atau ibadah
Pemerintahan kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat islam untuk melaksanakan agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.
b.   Bidang sosial kemasyarakatan
Hukum islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan adapt kebiasaan.
c.   Bidang politik
Orang islam dilarang membahas hukum islam, baik Al-Qur’an  maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik islam
           c.  Masa Penjajahan Belanda
Pada tahun 1755 VOC berhasil menjadi pemegang hegemoni politik pulau jawa dengan perjamjian Giyanti, krena itu raja jawa kehilangan kekuasaan politikntya.Bahkan, kewibawaan raja sangat tergantung pada VOC.[6]Campur tangan colonial trehadap khidupan keratin makin meluas, sehungga ulama-ulama keratin sebagai penasihat raja-raja tersingkir.Rakyat kehilangan kepimpinannya, sementra pengusaan colonial sangat menghimpit kehidupan mereka.Eksploitasi hasil bumi rakat untuk kepentingan pemerintah colonial belanda merajalela, penggusuran dan perampasantanah milik rakyat untuk kepentingan pemerintaj sangat galakkan. Raja-raja tradisional jarang membantu rakyat, bahkan setelah mendapatkan gaji mereka memihak kepada tuannya (belanda).Rakyat ketakutan dan kesulitan menghadapi penindasan.Ini terjadi sampai abad ke-14. Dalam kondisi ni rakyat mencrai pemimpin nonformal (para ulama, kyai, atau bangsawan) yang masih memerhatikan mereka. Pusat kekuatan politik berpindah dari istana ke luar, salah satunya kepesantren-pesantren yang kemudian menjadi basis perlawanan.
Dalam kondosi seperti itu rakyat bergabung kepada pemimoin nonformal para kyai, ulama’, dan bangsawan yang menggalang rakyat untuk melawan dan berjuang atas nam agama.Terjadilah Perang Padri (1821-1837), dipelopori Imam Binjol dibantu delapan ulama’ yang bergelar Harimau Nan Salapan, Perang Acewh (1873-1904) dipimpinpanglima Polim yanmg diduklung poara ulama’, haji dan Muslim Aceh. Meskipun perang ini kalah, tetapi islam makin berkmbang ke pedalaman dibawah bimbingan sisa-sisa pemimpin yang menyingkir dari kerajaan Belanda, seperti sisa-sisa tentara Perang Padri di pedalaman tanah Batak menjadikan sebagian suku Batak memeluk Islam.
d.  Masa Penjajahan Jepang
Sebagai penjajah, jepang jauh lebih kejam dari pada Belanda.Jepang merampas semua harta milik rakyat untuk kepentungan perang, sehingga rakyat matyi kelaparan.Untuk menymbung hidup, rakyat makan pisang muda atau hatinya batang pisang, sedangkan untuk baju rakyat memakai goni. Rakyat dicekam ketakutan kepada jepang yang kempeitei (polisi rahasia)nya terkenal sangat ganas.
Jika pada masa belanda ada istilah “kerja rodi”, maka dizaman menjadi “romusha”. Jika kerja rodi masih bekerja (paksa) dikampung sendiri, maka  romushadikirim jauh sampai kepedalaman Burma dan Thailand (Muang Thai) untuk membangun jalur kereta api yang menghubungkan Birma-Bangkok melalui Konbury.
Islam akan dihapus dan akan diganti dengan agama Shinto. Oleh karena itu, bahasa dan aksara Arab dilarang. Walaupun nanti larangan itu dicabut ketika jepang sudah kepepet hamper kalah. Perintah ber-seikeirei  (membungkuk seperti ruku’ dalam shalat kea rah matahari terbit di Timur kea rah Tenno Heika karena ia dianggap keturunan Dewa Matahari Amaterasu Omikami – Tuhan jagad raya yang mengaruniai kepada ras Yamato)  dianggap sebagai suatu paksaan untuk berbuat syirik. Dilihat darui itu jepang sebenarnya lebih kafir dari pada Belanda, karena belanda masih tergolonhg kafir  kitabi. Jepang mempunyai tujuan untuk me-Nippo-kan Indonesia. Kalau belanda menjadikan indobnesia  Inlander (penduduk kelas dua), jepang ingin menghilangkan kebangsaan Indonesia menjadi Nippon. Untuk mempercepat usaha itu segala cara ditempuh, yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:
a.       Membersihkan kebudayaan Barat, kebudayaan Islam diganti drngan kebudayaan jepang.
b.      Mengubah system pendidikan
c.       Membentuk barisan pemuda
d.      Memobilisasi pemimpin Islam
e.       Membentuk organisasi baru. diantaranya aldalah Shumubu (Departemen Agama Buatan Jepang) dibentuk maret 1942 M dan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dibentuk tanggal 24 Oktober 1943 M.

2.      Politik Islam Masa Kemerdekaan
a.       Masa Revolusi
 Keadaan perang asia timur berkembang  sangat cepat. Rusia menyusul mengum umkan perang kepad jkepang, sehingga jepang mengalami kekalahan demi kekalahan. Pada tanggal 6 agustus 1945  hirosima dibopm. Tanggal m7 agustus 1945 pemerintah jepang membentuk PPKI (panitia oersiapan kemerdekaan Indonesia). Soekarno, Hatta, dan Dr. Radjiman diundang menemui Marsekal Terauchi di Dalai (Vietnam). Tanggal 8 agustus 1945 Mansuria diduduki Rusia.Tanggal 9 agustus 1945 Nagasaki dibom. Dalam pertemuan  dengan Terauchi itu soekarno, hatta, dan Dr. radjiman mendapat jaminan bahwa kemerdekaan Indonesia tak menjadi maslah lagi, waktumnya terserah mereka. Jepang akan membantu kapan saja Indonesia siap. Ketika soekarno dan kawan-kawan sampai di Saigon, mereka mendenagr tentang perkembangan perang, maka hatta menyadari bahwa kekalahan jepang hanya tinggal mmenunggu waktu.Sekembalinya kje Indonesia, syahrirmenemui hatta dan mendesdak soekarno untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI yang dibentuk Jepang.Namun usulan syahrir tidak dapat diterima soekarno.Soekarno-hatta mencari kepastian apakah betul jepang telah menyerah, laksamana maeda tidak dapat menjawab karena belum ada intruksi daro Tokyo. Karena itu hatta meminta soebardjo untuki mempersiapkan rapat PPKI yang akan diadakan  tanggal 16 agustus 1945. Tanggal 15 agustus 1945 soebardjo dating kerumah hatta yang sedang membuat teks proklamasi.Soebardjo dan hatta kemudian pergi kerumah soekarno, disana ada beberapa pemuda yang memaksa soekarno mengumumkan kemerdekaan malam itu juga melalui radio. Karena soekarno menolak, Wikana (juru bicara pemuda) mengancam bahwa darah akan mengalir jika proklamasi tidak diumumkan, tetapi soekarno tetap menolak.[7]
Ketika Soekarno tetap menolak para pemuda kecewa, tetapi mereka sadar tanpa Soekarno-hatta mereka tidaj sanggup melancarkan revolusi.Oleh karena itu, akhirnya Soekarno-Hatta diculik.Saat mereka baru saja selesai makan sahur tanggal 16 agustus 1945, dibawah pimpinan Soekarno, mereka dibawa ke Rengasdengklok. Di Jakarta, ketidak hadiaran Soekarno-hatta yang mengundang rapat PPKI menimbulkan kekhawatuiran. Namun, rupanya barisan peta (pemuda) tidak kompak sehingga yang semula merencanakan revolusi tidak terjadi.Akhirnya, salah seorang anggota peta menceritakan kepada soebardjo dan bersedia mengantar Soekarno-hatta ke Jakarta.
SoekarnoHatta diminta menemui Jenderal Nashimura yang dihadiri laksamana Maeda. Nashimura mengatakan bahwa ia tidak bertanggung jawab lagi karena panglima yang kalah perang. Oleh karena itu, akhirnya Soekarno-hatta membuat teks proklamasi yang disetuji oleh PPKI.Pada subuh jam 3 pagi 17 agustus 1945 teks proklamasi selesai dibuat, jam 10.00 dikumandangkan di Pegangsaan Timur 56. Dengan dibacakan proklamssi berarti Indonesia merdeka.
b.   Masa Mempertahankan Kemerdekaan
Dalam poroses membentuk dan mempertahankan Negara yang baru dicapai secara revolusi, Masyumi sebagai satu-satunya partai piltiuk yang berideologi islam pada saat itu memandang bahwa masyumi harus langsung terelibat dalam jabtan-jabatan kekuasaan Negara sebagai suatu jalan strategis untuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Dengan cara  demikian hokum-hukum Allah ttidak saja keluar dari ceramah-ceramah alim ulama’ dimimbar-0mimbar masjid saja, tetapi juga berasal dari pejabat-pejabat pemerintah dan menjadi undang-undang. Untuk itu selam kehadirannya, masyumi merupakan partai yang terlibat dalam elit pemerintahan, antara lain dengan membentuk pemerintahan atau berkoalisi dengan poartai-partai lain, sehungga masyumi turut memainkan peranan dalam menetukan dasar pooltikj Indonesia.
Masyumi memernkan politik yang menentukan pada dua kabinet Natsir April 1951, Sukiman Wiryosendjojo, kedua-duanya menjadi perdana menteri.Pada dua kabinet itu, Menteri Agama berada idtangan KH.Wahiud  Hasyim (unsure NU dalam Masyumi) sedangkan pada kabinet Wilopo-Prawoto, KH. Fakih Usman (unsure Muhammadiyah dalam Masyumi). Dalam kabinet Wilopo, Masyumi mendapat empat kursi dalam pemerintahan.Pada kabinet ke-enam Burhanuddin Harahap, kembali lagi masyumi menjadi Perdana Menteri.Kabinet ini merupakan kabinet terakhir sebelum partai ini dibubarkan tahun 1960.Prestasi kabinet ini menghasilakan Pemilu pertama 1955 dalam sejarah Republik Indonesia, yaitu membubarkan Uni Indonesia- Belanda.Suatu keberanian yang perlu dicatat, adalah mengembalikan wibawa pemerintah terhadap Angkatan Darat.
E. Munculnya Kesadaran Baru Politik Islam
Di tengah arus global, di mana agama dituntut untuk mampu menjawab tantangan zaman, maka pemikiran rasionalisme menjadi keharusan sejarah dalam mendekonstruksisalah satu ciri Postmodernisme, yang kembali pada wacana agama, pada setiap wilayah kajian keagamaan sebagaimana munculnya pemikiran-pemikiran baru seperti:
                 1.    Muhammadiyah
Pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah yang bertepatan dengan 18 November 1912di Yogyakarta berdirilah salah satu organisasi sosial Islam yang terpenting di Indonesia hingga saat ini, yakni Muhammadiyah.Didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan murid-muridnya dan beberapa anggota Boedi Oetomo. Organisasi ini mempunyai maksud “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumiputera” dan “memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”. Muhammadiyah sangat gencar melakukan amar ma’ruf nahi munkar terutama memberantas praktek-praktek keagamaan masyarakat saat itu yang menurut Muhammadiyah penuh penyimpangan.Slogan mereka yang terkenal yaitu memberantas TBC (tachayul, bid’ah, churafat).
Muhammadiyah juga lahir sebagai reaksi terhadap missi dan zending yang semakin gencar setelah politik etis. Muhammadiyah lahir sebagai saingan missi dan zending dengan menggunakan sarana-sarana yang sama seperti sekolah dan balai-balai kesehatan yang kemudian menjadi rumah sakit Muhammadiyah.
                  2.    Nahdatul Ulama
Padatanggal 31 Januari 1926,Kyai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulamabersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, didirikanlah organisasi keislaman yang berbasis massa pesantren dengan pemikiran yang tradisionalis, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kyai Hasyim Asy’ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.[8]
Pada masa itu perkembangan paham keagamaan di dalam negeri sering timbul pertentangan pendapat antara kaum tradisionalis dengan kaum modernis Islam. Pada saat kongres Al Islam (IV dan V), yang diselenggarakan di Yogyakarta dan Bandung untuk mencari input dalam menghadapi kongres Islam di Makkah, aspirasi kalangan pesantren sama sekali tidak tertampung. Karena materi usulan yang disampaikan KH.A. Wahab Hasbullah itu tidak masuk dalam agenda kongres Al-Islam di Indonesia, akhirnya atas prakarsa beliau pula para ulama pesantren mendirikan “Komite Hijaz”.Komite ini dibentuk bertujuan untuk menyampaikan aspirasi ulama pesantren kepada penguasa Arab Saudi agar tradisi bermadzhab tetap diberi kebebasan.Misi komite ini berhasil dan diterima oleh penguasa Arab Saudi, Ibnu Saud.Setelah berhasil misinya, komite ini hendak membubarkan diri, namun KH Hasyim Asy’ari mencegahnya, justru menyarankan momentum ini dijadikan sebagai awal kebangkitan ulama.Maka, atas saran beliaulah pada tanggal 31 Januari 1926, di Surabaya didirikanlah organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
F. Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia Dengan Islam
Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.[9]Masuknya Islam tersebut tidak berarii kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturas tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia,Seni Bangunan Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Masjid Demak Wujud akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada gambar diatas memiliki ciri sebagai berikut:
1.      Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka
2.      .Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
3.      Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam. Mengenai contoh masjid kuno selain seperti yang tampak pada gambar masjid demak kita dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Makam Sendang Duwur 2. Seni Rupa Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian.
     Aksara dan Seni Sastra Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran dan gambar wayang Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu. Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
1.      Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
2.      Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
3.      Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
4.      Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk. Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa. 4. Sistem Pemerintahan Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan- kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.[10]
5.       Sistem Kalender Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M.[11]Dalam kalender Saka ini ditemukan nama- nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633.



















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa pendapat mengenai masuknya islam ke Indonesia.  Teori yang dapat dijadikan sebagai acuan juga tidak hanya satu. Jadi memang datangnya agama islam ke Indonesia belum diketahui secara pasti, ini dikarenakan kejadiannya telah berlangsung sejak dahulu. Sehingga orang pada masa kini hanya bisa menerka-nerkan prosesnya. Namun  bersamaan dengan itikad itu, kita juga dapat memperoleh pelajaran mengenai masuknya islam ke Indonesia sehingga bisa menambah wawasan dan memperkokoh iman islam kita.
C. Saran
   Dalam makalah  ini penulis sarankan  kepada para pembaca untuk mempelajari sejarah Islam dengan begitu  maka dapat menambah  wawasan  kita dalam  mengetahui agama Islam di Indonesia sehingga dapat menambah rasa bangga kepada agama Islam yang kita anut ini.










DAFTAR PUSTAKA
              Abuddin, Nata, Metodologi Studi Islam, Ed. 1 Cet. 2 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Lapidus, Ira, Sejarah Sosial Ummat Islam, Ed. 1 Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 1997.

Madjid, Nurcholish, Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam       dalam Sejarah, Ed. 1 Cet. 1 ; Jakarta : Paramadina, 1995.

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1 Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993.
























[1]Ira Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 1997), hlm.93.

[2]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 227.

[3]ibid.,hlm.229.
[4] ibid.,hlm.230.
[5]Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Ed. 1 (Cet. 2 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.72.

[6]ibid.,hlm.7
[7]ibid.,hlm.80.
[8] Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : Paramadina, 1995), hlm.135.
[9] ibid.,hlm.136.
[10]ibid.,138.
[11]ibid.,140.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar