BAB
I
PENDAHULUAN
A.
latar Belakang
Banyak
ahli yang berdiskusi dan mengadakan penelitian mengenai awal masuknya agama
islam di Indonesia,yaitu dari mana mereka datangnya, siapa yang membawanya dan
waktu kedatangannya. Beberapa teori yang menjawab pertanyaan-pertanyaan itu
tampaknya tidak memberi jawaban yang meyakinkan. Oleh karena itu, setiap teori
nyaris gagal menangkap kompleksitas dan kerumitan proses konversi dan
islamisasi. Tidak aneh kalau kemudian satu teori tertentu tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
menantang yang diajukan teori lain yang muncul sebagai teori tandingan.
Sejumlah ahli mengajukan teori bahwa sumber Islam di Kepulauan Melayu Indonesia
adalah Anak Benua India selain Arab dan Persia.
Orang pertama yang mengemukakan teori ini
adalah Pijnappel yang berkebangsaan Belanda,Teori ini kemudioan direvisi oleh
Snouck Hurgronje yang menyatakan bahwa ketika Islam memperoleh pijakan yang
kuat di kota-kota pelabuhan India Selatan, sejumlah Muslim Dhaka banyak yang
hidup disana sebagai perantara dalam perdagangan antara Timur Tengah dan
Nusantara datang di Kepulauan Melayu sebagai para penyebar Islam pertama.
Snouck Hurgronje berpendapat bahwa abad ke12 merupakan waktu yang paling
mungkin bagi saat paling awal islamisasi di Kepulauan Melayu Indonesia.
Moquette, berpendapat bahwa asal usul Islam di Nusantara adalah Gujarat di
Pesisir India Selatan. Dia mendasarkan kesimpulannya setelah mempertimbangkan
gaya batu nisan yang ditemukan di Pasai Sumatra Utara yang identik dengan batu
nisan Sunan Gresik, Jawa Timur. Dia menyatakan bahwa corak batu nisan yang ada
di Pasai dan Gresik sama dengan yang ditemukan di Cambai, Gujarat. Namun,
pendapat Moquette di tentang oleh Fatimi, ia berpendapat bahwa salah jika
seluruh batu nisan yang ada di Pasai termasuk batu nisan Sunan Gresik sama
dengan di Cambay.
Fatimi
berpendapat bahwa bebtuk batu nisan itu sama dengan yang ada di Bengal (kini,
Bangladesh). Sedangkan menurut Arnold, Coromandel dan Malabar bukan
satu-satunya tempat asal kedatangan Islam, melainkan juga dari wilayah Arab.
Dalam pendangannya, para pedagang Arab juga yang membawa Islam ketika mereka
menguasai perdagangan Barat- Timur semenjak awal abad ke-7 dan ke-8. Namun, teori
yang lebih masuk akal dari lebih bisa banyak dipakai dibandingkan dengan semua
teori yang telah dibahas secara ringkas adalah teori dari A.H. Johns. Dengan
mempertimbangkan kemungkinan sangat kecil bahwa para pedagang memainkan peranan
paling penting dalam ekspansi Islam, dan dugaan motif yang bersifat ekonomi
politik atau “balapan dengan Kristen” bagi bangsa melayu-indonesia, dia
mengemukakan bahwa pada kenyataanya para sufi pengembaralah yang secara luas
menjalankan dakwah Islam. Mereka berhasil mengislamkan kepulauan
melayu-indonesia paling tidak semenjak abad ke13.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah bukti masuknya islam di
indonesia?
2.
Bagaimana proses masuk dan berkembangnya
islam di Indonesia?
3.
Apakah wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan islam?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui bukti-bukti masuknya islam
ke indonesia.
2.
Untuk mengetahui proses masuknya islam
dan perkembangan islam di Indonesia.
3.
Untuk mengetahui wujud akulturasi
kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia
Suatu kenyataan bahwa islam datang ke Idonesia dilakukan secara
damai. Berbeda dengan penyebaran islam di timur tengah yang dalam beberapa
kasus. Disrtai dengan pendudukan wilayah
oleh militer muslim. Islam dalam batas tertentu
disebarkan oleh pedagang, kemudin dilanjutkan oleh para guru agama
(da’i) dan pengembara sufi. Oeh karena itu, wajar kalau terjadi perbedaan
pendapat tentang kpan, dari mana, dan dimana pertama kali islam datang
kenusantara. Namun, secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dbagi menjadi
sebagai berikut :
1.
Islam
datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari Gujarat (bukan dari Arab
langsung)dengan bukti di temukannya makam sultan yang beragama islam pertama
malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan samudra oleh, raja pertama kerajaan samudra
pasai yang dikatakan berasal dari Gujarat.
2. Islam datang ke Indonesia pada abad
pertama Hijriyah ( abad ke 7-8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran
yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13
(yaitu sudah ada sejak abad ke-7 M) melalui selat Malaka yang menghubungkan
Dnasti Tang di Cina ( Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah
di Asia Barat.
3. Sarjan Muslim kontemporer seperti
Taufiq Abdullah mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurut pendapatnya
memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau
abad ke-7 atau ke-8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah
dipelabuhan-pelabuhan. Barulah islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai
kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai.[1]
Dari keterangan
diatas dapat dijelaskan bahwa tersebarnya Islam keindonesia adalah melalui salurna-saluran
sebagai berikut:
a.
Perdagangan
yang mempergunakan sarana pelayaran.
b.
Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan
bersama parapedagang.
c.
Perkawinan,
yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, Mubalig dengan anak anak
Bangsawan indonesia.
d. Pendidikan, setelah kedudukan para
pedagang menetap, mereka menguasai kekuatan ekonomi dibandar-bandar seperti
Gresik. Selain menjadi pusat-pusat
pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas
penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama
Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon
pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi; Maulana
Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sultan
Banten pertama.
e.
Tasawuf
dan Tarekat, sudah diterangkan pula bahwa bersamaan dengan pedagang, datang
pula para ulama, da’i dan sufi pengembara. Kemudian mereka diangkat menjadi
penasihat dan atau pejabat agama di kerajaan. Seperti di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsuddin
Sumatrani, Nurudin ar-Raniri, Abd. Rauf Singkel.
B. Bukti Masuknya Islam Ke Indonesia
Bukti
masuknya Islam ke Nusantara Bukti awal mengenai agama Islam berasal dari
seorang pengelana Venesia bernama Marco polo. Ketika singgah di sebelah utara
pulau Sumatera, dia menemukan sebuah kota Islam bernama Perlakyang dikelilingi
oleh daerah-daerah non-Islam. Hal ini diperkuat oleh catatan- catatan yang
terdapat dalam buku-buku sejarah seperti Hikayat Raja-Raja Pasai dan Sejarah
Melayu. Bukti kedua berasal dari Ibnu Batutah ketika mengunjungi Samudera Pasai
pada tahun 1345 megatakan bahwa raja yang memerintah negara itu memakai gelar
Islam yakni Malikut Thahbir bin Malik Al Saleh. Bukti ketiga berasal dari
seorang pengelana Portugis bernama Tome Pires, yang mengunjungi Nusantara pada
awal abad ke-16. Dalam karyanya berjudul Summa Oriental, dia menjelaskan bahwa
menjelang abad ke-13 sudah ada masyarakat Muslim di Samudera Pasai, Perlak, dan
Palembang. Selain itu di Pulau Jawa juga ditemukan makam Fatimah binti Maimun
di Leran (Gresik) yang berangka tahun 1082 M dan sejumlah makam Islam di
Tralaya yang berasal dari abad ke-13.[2]Golongan
lain berpendapat bahwa Islam sebenarnya sudah masuk ke Nusantara sejak abad
ke-7 Masehi. Pendapat ini didasarkan atas pernyataan pengelana Cina I-tsing
yang berkunjung ke Kerajaan Sriwijaya pada tahun 671. Dia menyatakan bahwa pada
waktu itu lalu-lintas laut antara Arab, Persia, India, dan Sriwijaya sangat
ramai. Bukti kelima menurut catatan Dinasti Tang, para pedagang Ta-Shih(sebutan
bagi kaum Muslim Arab dan Persia) pada abad ke-9 dan ke-10 sudah ada di Kanton
dan Sumatera.
C.
Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama
Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul
Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori
Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalahan
waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau
pembawa agama Islam ke Nusantara.
1. Teori
Gujarat (Muhammad
Fakir) Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13
dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini
adalah:
a.
Kurangnya
fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
b.
Hubungan
dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay –
Timur Tengah – Eropa.
c.
Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu
Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat
adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori
Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik
Islam yaitu adanya kerajaan, Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari
keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak
(Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk
yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran
Islam.
2.
Teori Makkah
(Sjech Ismail dari Makiyah) Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai
sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab
(Mesir). Dasar teori ini adalah: 1. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai
barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan
bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4.
Hal ini juga sesuai dengan berita Cina. 2.Kerajaan Samudra Pasai menganut
aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu
adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
3. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut
berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W.
Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah
berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh
sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses
penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
3. Teori Persia (P.A. Hoessein
Djajaningrat) Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya
Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a.
Peringatan
10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad,
yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan
tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai
dengan pembuatan bubur Syuro.
b.
Kesamaan
ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al–
Hallaj.
c.
Penggunaan
istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda tanda bunyi
Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun
1419 di Gresik.[3]
e. Adanya
perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu
Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan
kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami
perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam
adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Proses masuk dan
berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai
melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan
oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul
dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk
menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus
menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan
perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi
semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga
proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang. Perkembangan Islam yang cepat
menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui
pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren adalah
tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu
agama Islam. Setelah tamat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru
dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing-masing. Di samping
penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam juga
disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun
wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima
oleh rakyat Indonesia.
Di pulau Jawa, peranan mubaligh dan ulama tergabung dalam kelompok
para wali yang dikenal dengan sebutan walisongo yang merupakan suatu majelis
yang berjumlah sembilan orang. Majelis ini berlangsung dalam beberapa periode secara bersambung, mengganti ulama yang wafat
/ hijrah ke luar Jawa:
Periode I : Penyebaran Islam dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim*,
Maulana Ishaq Ahmad Jumadil Qubra, Muhammad Al-Magribi, Malik Israil*, Muhammad
Al-Akbar*, Maulana Hasannudin, Aliyuddin*, dan Syeikh Subakir (-).
priode II : Penyebaran Islam digantikan oleh
Raden Rahmat (Sunan Ampel Denta), Ja’far Shiddiq (Sunan Kudus), Syarif Hidayatullah
(Sunan Gunung Jati).
Periode III : hijrahnya Maulana Ishaq
dan Syeikh Subakir, dan wafatnya Maulana Hassanudin dan Aliyuddin maka penyebar
Islam pada periode ini dilakukan oleh Raden Paku (Sunan Giri), Raden Said
(Sunan Kalijaga), Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) dan Raden Qashim (Sunan
Drajat). [4]
Periode IV : Penyebar Islam selanjutnya adalah Jumadil Kubra dan
Muhammad Al-Maghribi dan kemudian digantikan oleh Raden Hasan (Raden Patah) dan
Fadhilah Khan (Falatehan)
Periode
V : Untuk periode ini karena Raden
Patah menjadi Sultan Demak maka yang menggantikan posisinya adalah Sunan Muria.
D. Perkembangan Politik Islam Di Indonesia
1.
Sebelum Kemerdekaan
Islam masuk ke Indonesia pada abad
pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad ke delapanmasehi. Ini mungkin
didasarkan kepada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama
Fatimah binti Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang
menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera
Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina pada tahun 1345 M. Agama islam yang
bermahzab Syafi’I telah mantap disana selama se abad, oleh karena itu
berdasarkan bukti ini abad ke XIII di anggap sebagai awal masuknya agama islam
ke Indonesia.Daerah yang pertama-pertama dikunjungi ialah :
a.
Pesisir
Utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai
bisa mendirikan kerajaan islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara.
b.
Pesisir
Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi
pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit.
Pada permulaan abad ke XVII dengan
masuk islamnya penguasa kerajaan Mataram, yaitu: Sultan Agung maka kemenangan
agama islam hampir meliputi sebagai besar wilayah Indonesia.Sejak pertengahan
abad ke XIX, agama islam di Indonesia secara bertahap mulai meninggalkan
sifat-sifatnya yang Singkretik (mistik). Setelah banyak orang Indonesia
yang mengadakan hubungan dengan Mekkah
dengan cara menunaikan ibadah haji, dan sebagiannya ada yang bermukim
bertahun-tahun lamanya.Adapun tahapan-tahapan “masa” yang dilalui atau
pergerakan sebelum kemerdekaan, yakni :
a. Pada Masa Kesultanan
Daerah yang sedikit sekali disentuh
oleh kebudayaan Hindu-Budha adalah daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat
dan Banten di Jawa. Agama islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama,
social dan politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut
agama islam itu telah menunjukkan dalam bentuk yang lebih murni. Dikerajaan
tersebut agama islam tertanam kuat sampai Indonesia merdeka. Salah satu
buktinya yaiut banyaknya nama-nama islam dan peninggalan-peninggalan yang
bernilai keIslaman.
Dikerjaan
Banjar dengan masuk islamnya raja banjar. Perkembangan islam selanjutnya tidak
begitu sulit, raja menunjukkan fasilitas dan kemudahan lainnya yang hasilnya
membawa kepada kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan islam.
Secara konkrit kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan dengan
adanya Mufti dan Qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli dalam
bidang Fiqih dan Tasawuf.
Islam di Jawa,
pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan jawa, ia banyak memberikan
kelonggaran pada sistem kepercayaan yang dianut agama Hindu-Budha. Hal ini
memberikan kemudahan dalam islamisasi atau paling tidak mengurangi
kesulitan-kesulitan. Para wali terutama Wali Songo sangatlah berjasa dalam
pengembangan agama islam di pulau Jawa.
Menurut buku
Babad Diponegoro yang dikutip Ruslan Abdulgani dikabarkan bahwa Prabu
Kertawijaya penguasa terakhir kerajaan Mojo Pahit, setelah mendengar penjelasan
Sunan Ampel dan sunan Giri, maksud agam islam dan agama Budha itu sama, hanya cara
beribadahnya yang berbeda.Oleh karena itu ia tidak melarang rakyatnya untuk
memeluk agama baru itu (agama islam), asalkan dilakukan dengan kesadaran,
keyakinan, dan tanpa paksaan atau pun kekerasan.
b. Pada Masa Penjajahan
Dengan
datangnya pedagang-pedagang barat ke Indonesia yang berbeda watak dengan
pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India yang beragama islam, kaum pedagang
barat yang beragama Kristen melakukan misinya dengan kekerasan terutama dagang
teknologi persenjataan mereka yang lebih ungggul daripada persenjataan
Indonesia. Tujuan mereka adalah untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan islam di
sepanjang pesisir kepulauan nusantara. Pada mulanya mereka datang ke Indonesia
untuk menjalin hubungan dagang, karena Indonesia kaya dengan rempah-rempah,
kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut.[5]
Waktu itu
kolonial belum berani mencampuri masalah islam, karena mereka belum mengetahui
ajaran islam dan bahasa Arab, juga belum mengetahui sistem social islam. Pada
tahun 1808 pemerintah Belanda mengeluarkan instruksi kepada para bupati agar
urusan agama tidak diganggu, dan pemuka-pemuka agama dibiarkan untuk memutuskan
perkara-perkara dibidang perkawinan dan kewarisan.
Tahun 1820
dibuatlah Statsblaad untuk mempertegaskan instruksi ini. Dan pada tahun 1867
campur tangan mereka lebih tampak lagi, dengan adanya instruksi kepada bupati
dan wedana, untuk mengawasi ulama-ulama agar tidak melakukan apapun yang
bertentangan dengan peraturan Gubernur Jendral. Lalu pada tahun 1882, mereka
mengatur lembaga peradilan agama yang dibatasi hanya menangani perkara-perkara
perkawinan, kewarisan, perwalian, dan perwakafan.
Apalagi setelah
kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat urusan Pribumi dan
Arab, pemerintahan Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan mengenai masalah
islam di Indonesia, karena Snouck mempunyai pengalaman dalam penelitian
lapangan di negeri Arab, Jawa, dan Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang
dikenal dengan politik islamnya. Dengan politik itu, ia membagi masalah islam
dalam tiga kategori :
a. Bidang agama murni atau ibadah
Pemerintahan kolonial memberikan
kemerdekaan kepada umat islam untuk melaksanakan agamanya sepanjang tidak
mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.
b. Bidang sosial kemasyarakatan
Hukum islam baru bisa diberlakukan apabila tidak
bertentangan dengan adapt kebiasaan.
c. Bidang politik
Orang islam dilarang membahas hukum
islam, baik Al-Qur’an maupun Sunnah yang
menerangkan tentang politik islam
c.
Masa Penjajahan Belanda
Pada tahun 1755 VOC berhasil menjadi
pemegang hegemoni politik pulau jawa dengan perjamjian Giyanti, krena itu raja jawa
kehilangan kekuasaan politikntya.Bahkan, kewibawaan raja sangat tergantung pada
VOC.[6]Campur tangan colonial trehadap
khidupan keratin makin meluas, sehungga ulama-ulama keratin sebagai penasihat
raja-raja tersingkir.Rakyat kehilangan kepimpinannya, sementra pengusaan
colonial sangat menghimpit kehidupan mereka.Eksploitasi hasil bumi rakat untuk
kepentingan pemerintah colonial belanda merajalela, penggusuran dan
perampasantanah milik rakyat untuk kepentingan pemerintaj sangat galakkan.
Raja-raja tradisional jarang membantu rakyat, bahkan setelah mendapatkan gaji
mereka memihak kepada tuannya (belanda).Rakyat ketakutan dan kesulitan
menghadapi penindasan.Ini terjadi sampai abad ke-14. Dalam kondisi ni rakyat
mencrai pemimpin nonformal (para ulama, kyai, atau bangsawan) yang masih
memerhatikan mereka. Pusat kekuatan politik berpindah dari istana ke luar,
salah satunya kepesantren-pesantren yang kemudian menjadi basis perlawanan.
Dalam kondosi seperti itu rakyat
bergabung kepada pemimoin nonformal para kyai, ulama’, dan bangsawan yang
menggalang rakyat untuk melawan dan berjuang atas nam agama.Terjadilah Perang
Padri (1821-1837), dipelopori Imam Binjol dibantu delapan ulama’ yang bergelar
Harimau Nan Salapan, Perang Acewh (1873-1904) dipimpinpanglima Polim yanmg
diduklung poara ulama’, haji dan Muslim Aceh. Meskipun perang ini kalah, tetapi
islam makin berkmbang ke pedalaman dibawah bimbingan sisa-sisa pemimpin yang
menyingkir dari kerajaan Belanda, seperti sisa-sisa tentara Perang Padri di
pedalaman tanah Batak menjadikan sebagian suku Batak memeluk Islam.
d.
Masa Penjajahan Jepang
Sebagai penjajah, jepang jauh lebih
kejam dari pada Belanda.Jepang merampas semua harta milik rakyat untuk
kepentungan perang, sehingga rakyat matyi kelaparan.Untuk menymbung hidup,
rakyat makan pisang muda atau hatinya batang pisang, sedangkan untuk baju
rakyat memakai goni. Rakyat dicekam ketakutan kepada jepang yang kempeitei
(polisi rahasia)nya terkenal sangat ganas.
Jika pada masa belanda ada istilah
“kerja rodi”, maka dizaman menjadi “romusha”. Jika kerja rodi masih bekerja
(paksa) dikampung sendiri, maka
romushadikirim jauh sampai kepedalaman Burma dan Thailand (Muang Thai)
untuk membangun jalur kereta api yang menghubungkan Birma-Bangkok melalui
Konbury.
Islam akan dihapus dan akan diganti
dengan agama Shinto. Oleh karena itu, bahasa dan aksara Arab dilarang. Walaupun
nanti larangan itu dicabut ketika jepang sudah kepepet hamper kalah. Perintah
ber-seikeirei (membungkuk seperti ruku’
dalam shalat kea rah matahari terbit di Timur kea rah Tenno Heika karena ia
dianggap keturunan Dewa Matahari Amaterasu Omikami – Tuhan jagad raya yang
mengaruniai kepada ras Yamato) dianggap
sebagai suatu paksaan untuk berbuat syirik. Dilihat darui itu jepang sebenarnya
lebih kafir dari pada Belanda, karena belanda masih tergolonhg kafir kitabi. Jepang mempunyai tujuan untuk
me-Nippo-kan Indonesia. Kalau belanda menjadikan indobnesia Inlander (penduduk kelas dua), jepang ingin
menghilangkan kebangsaan Indonesia menjadi Nippon. Untuk mempercepat usaha itu
segala cara ditempuh, yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:
a.
Membersihkan
kebudayaan Barat, kebudayaan Islam diganti drngan kebudayaan jepang.
b.
Mengubah
system pendidikan
c.
Membentuk
barisan pemuda
d.
Memobilisasi
pemimpin Islam
e.
Membentuk
organisasi baru. diantaranya aldalah Shumubu
(Departemen Agama Buatan Jepang) dibentuk maret 1942 M dan Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi) dibentuk tanggal 24 Oktober 1943 M.
2.
Politik
Islam Masa Kemerdekaan
a. Masa Revolusi
Keadaan perang asia timur berkembang sangat cepat. Rusia menyusul mengum umkan
perang kepad jkepang, sehingga jepang mengalami kekalahan demi kekalahan. Pada
tanggal 6 agustus 1945 hirosima dibopm.
Tanggal m7 agustus 1945 pemerintah jepang membentuk PPKI (panitia oersiapan
kemerdekaan Indonesia). Soekarno, Hatta, dan Dr. Radjiman diundang menemui
Marsekal Terauchi di Dalai (Vietnam). Tanggal 8 agustus 1945 Mansuria diduduki
Rusia.Tanggal 9 agustus 1945 Nagasaki dibom. Dalam pertemuan dengan Terauchi itu soekarno, hatta, dan Dr.
radjiman mendapat jaminan bahwa kemerdekaan Indonesia tak menjadi maslah lagi,
waktumnya terserah mereka. Jepang akan membantu kapan saja Indonesia siap.
Ketika soekarno dan kawan-kawan sampai di Saigon, mereka mendenagr tentang
perkembangan perang, maka hatta menyadari bahwa kekalahan jepang hanya tinggal
mmenunggu waktu.Sekembalinya kje Indonesia, syahrirmenemui hatta dan mendesdak
soekarno untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI yang dibentuk
Jepang.Namun usulan syahrir tidak dapat diterima soekarno.Soekarno-hatta
mencari kepastian apakah betul jepang telah menyerah, laksamana maeda tidak
dapat menjawab karena belum ada intruksi daro Tokyo. Karena itu hatta meminta
soebardjo untuki mempersiapkan rapat PPKI yang akan diadakan tanggal 16 agustus 1945. Tanggal 15 agustus
1945 soebardjo dating kerumah hatta yang sedang membuat teks
proklamasi.Soebardjo dan hatta kemudian pergi kerumah soekarno, disana ada
beberapa pemuda yang memaksa soekarno mengumumkan kemerdekaan malam itu juga
melalui radio. Karena soekarno menolak, Wikana (juru bicara pemuda) mengancam
bahwa darah akan mengalir jika proklamasi tidak diumumkan, tetapi soekarno
tetap menolak.[7]
Ketika
Soekarno tetap menolak para pemuda kecewa, tetapi mereka sadar tanpa
Soekarno-hatta mereka tidaj sanggup melancarkan revolusi.Oleh karena itu,
akhirnya Soekarno-Hatta diculik.Saat mereka baru saja selesai makan sahur
tanggal 16 agustus 1945, dibawah pimpinan Soekarno, mereka dibawa ke
Rengasdengklok. Di Jakarta, ketidak hadiaran Soekarno-hatta yang mengundang rapat
PPKI menimbulkan kekhawatuiran. Namun, rupanya barisan peta (pemuda) tidak
kompak sehingga yang semula merencanakan revolusi tidak terjadi.Akhirnya, salah
seorang anggota peta menceritakan kepada soebardjo dan bersedia mengantar
Soekarno-hatta ke Jakarta.
SoekarnoHatta
diminta menemui Jenderal Nashimura yang dihadiri laksamana Maeda. Nashimura
mengatakan bahwa ia tidak bertanggung jawab lagi karena panglima yang kalah
perang. Oleh karena itu, akhirnya Soekarno-hatta membuat teks proklamasi yang disetuji
oleh PPKI.Pada subuh jam 3 pagi 17 agustus 1945 teks proklamasi selesai dibuat,
jam 10.00 dikumandangkan di Pegangsaan Timur 56. Dengan dibacakan proklamssi
berarti Indonesia merdeka.
b. Masa Mempertahankan Kemerdekaan
Dalam poroses membentuk dan
mempertahankan Negara yang baru dicapai secara revolusi, Masyumi sebagai
satu-satunya partai piltiuk yang berideologi islam pada saat itu memandang
bahwa masyumi harus langsung terelibat dalam jabtan-jabatan kekuasaan Negara
sebagai suatu jalan strategis untuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Dengan
cara demikian hokum-hukum Allah ttidak
saja keluar dari ceramah-ceramah alim ulama’ dimimbar-0mimbar masjid saja,
tetapi juga berasal dari pejabat-pejabat pemerintah dan menjadi undang-undang.
Untuk itu selam kehadirannya, masyumi merupakan partai yang terlibat dalam elit
pemerintahan, antara lain dengan membentuk pemerintahan atau berkoalisi dengan
poartai-partai lain, sehungga masyumi turut memainkan peranan dalam menetukan
dasar pooltikj Indonesia.
Masyumi memernkan politik yang
menentukan pada dua kabinet Natsir April 1951, Sukiman Wiryosendjojo,
kedua-duanya menjadi perdana menteri.Pada dua kabinet itu, Menteri Agama berada
idtangan KH.Wahiud Hasyim (unsure NU
dalam Masyumi) sedangkan pada kabinet Wilopo-Prawoto, KH. Fakih Usman (unsure
Muhammadiyah dalam Masyumi). Dalam kabinet Wilopo, Masyumi mendapat empat kursi
dalam pemerintahan.Pada kabinet ke-enam Burhanuddin Harahap, kembali lagi
masyumi menjadi Perdana Menteri.Kabinet ini merupakan kabinet terakhir sebelum
partai ini dibubarkan tahun 1960.Prestasi kabinet ini menghasilakan Pemilu
pertama 1955 dalam sejarah Republik Indonesia, yaitu membubarkan Uni Indonesia-
Belanda.Suatu keberanian yang perlu dicatat, adalah mengembalikan wibawa
pemerintah terhadap Angkatan Darat.
E. Munculnya Kesadaran Baru Politik
Islam
Di tengah arus global, di mana agama dituntut untuk mampu
menjawab tantangan zaman, maka pemikiran
rasionalisme menjadi keharusan sejarah dalam mendekonstruksisalah satu ciri
Postmodernisme, yang kembali pada wacana
agama, pada setiap wilayah kajian keagamaan sebagaimana munculnya
pemikiran-pemikiran baru seperti:
1. Muhammadiyah
Pada 8 Dzulhijjah 1330
Hijriyah yang bertepatan dengan 18 November 1912di Yogyakarta berdirilah salah satu
organisasi sosial Islam yang terpenting di Indonesia hingga saat ini, yakni
Muhammadiyah.Didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan
murid-muridnya dan beberapa anggota Boedi Oetomo. Organisasi ini mempunyai maksud “menyebarkan pengajaran
Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumiputera” dan “memajukan hal agama
Islam kepada anggota-anggotanya”. Muhammadiyah sangat gencar melakukan amar
ma’ruf nahi munkar terutama memberantas praktek-praktek keagamaan masyarakat
saat itu yang menurut Muhammadiyah penuh penyimpangan.Slogan mereka yang
terkenal yaitu memberantas TBC (tachayul, bid’ah, churafat).
Muhammadiyah
juga lahir sebagai reaksi terhadap missi dan zending yang semakin gencar
setelah politik etis. Muhammadiyah lahir sebagai saingan missi dan zending
dengan menggunakan sarana-sarana yang sama seperti sekolah dan balai-balai
kesehatan yang kemudian menjadi rumah sakit Muhammadiyah.
2. Nahdatul Ulama
Padatanggal 31 Januari 1926,Kyai Hasyim Asy’ari mendirikan
Nahdlatul Ulamabersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, didirikanlah organisasi keislaman yang berbasis massa
pesantren dengan pemikiran yang tradisionalis, yang berarti
kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya.
Pengaruh Kyai Hasyim Asy’ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU,
bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.[8]
Pada
masa itu perkembangan paham keagamaan di dalam negeri sering timbul
pertentangan pendapat antara kaum tradisionalis dengan kaum modernis Islam.
Pada saat kongres Al Islam (IV dan V), yang diselenggarakan di Yogyakarta dan
Bandung untuk mencari input dalam menghadapi kongres Islam di Makkah, aspirasi
kalangan pesantren sama sekali tidak tertampung. Karena materi usulan yang
disampaikan KH.A. Wahab Hasbullah itu tidak masuk dalam agenda kongres Al-Islam
di Indonesia, akhirnya atas prakarsa beliau pula para ulama pesantren
mendirikan “Komite Hijaz”.Komite ini dibentuk bertujuan untuk menyampaikan
aspirasi ulama pesantren kepada penguasa Arab Saudi agar tradisi bermadzhab
tetap diberi kebebasan.Misi komite ini berhasil dan diterima oleh penguasa Arab
Saudi, Ibnu Saud.Setelah berhasil misinya, komite ini hendak membubarkan diri,
namun KH Hasyim Asy’ari mencegahnya, justru menyarankan momentum ini dijadikan
sebagai awal kebangkitan ulama.Maka, atas saran beliaulah pada tanggal 31
Januari 1926, di Surabaya didirikanlah organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
F. Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia Dengan Islam
Wujud Akulturasi Kebudayaan
Indonesia dan Kebudayaan Islam Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia
sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha
seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam,
Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih)
kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang
melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.[9]Masuknya Islam tersebut tidak berarii
kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses
akulturas tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga
menyangkut perilaku masyarakat Indonesia,Seni Bangunan Wujud akulturasi dalam
seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Masjid Demak
Wujud akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada gambar diatas
memiliki ciri sebagai berikut:
1. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap
yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas
berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah
dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan
Mustaka
2. .Tidak dilengkapi dengan menara,
seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada
sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan
atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
3.
Letak
masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan
didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Mengenai contoh masjid kuno selain seperti yang tampak pada gambar masjid demak
kita dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon),
Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi
kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Makam Sendang Duwur 2. Seni
Rupa Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief
yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi
pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat
keserasian.
Aksara dan Seni Sastra Tersebarnya agama Islam
ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu
masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu
atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang
dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a,
i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang
menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun
ukiran dan gambar wayang Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal
periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh
Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan
demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari
tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab
Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang
pada jaman Hindu. Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
1. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang
berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk
peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan
bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam,
Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
2. Babad adalah kisah rekaan pujangga
keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi
(Jawa Kuno), Babad Cirebon.
3. Suluk adalah kitab yang membentangkan
soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang
dan sebagainya.
4.
Primbon
adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang
berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk. Bentuk seni
sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa. 4. Sistem
Pemerintahan Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah
berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam
masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya
dan digantikan peranannya oleh kerajaan- kerajaan yang bercorak Islam seperti
Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak
Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila
rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan
secara Islam.[10]
5.
Sistem Kalender Sebelum budaya Islam masuk ke
Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang
dimulai tahun 78M.[11]Dalam kalender Saka ini ditemukan
nama- nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah
berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan
menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah
(Islam). Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama
bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa.
Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab.
Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan
Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053
H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ada
beberapa pendapat mengenai masuknya islam ke Indonesia. Teori yang dapat dijadikan sebagai acuan juga
tidak hanya satu. Jadi memang datangnya agama islam ke Indonesia belum
diketahui secara pasti, ini dikarenakan kejadiannya telah berlangsung sejak
dahulu. Sehingga orang pada masa kini hanya bisa menerka-nerkan prosesnya.
Namun bersamaan dengan itikad itu, kita
juga dapat memperoleh pelajaran mengenai masuknya islam ke Indonesia sehingga
bisa menambah wawasan dan memperkokoh iman islam kita.
C.
Saran
Dalam makalah ini penulis sarankan kepada para pembaca untuk mempelajari sejarah Islam
dengan begitu maka dapat menambah wawasan kita dalam mengetahui agama Islam di Indonesia sehingga
dapat menambah rasa bangga kepada agama Islam yang kita anut ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin, Nata, Metodologi
Studi Islam, Ed. 1 Cet. 2 ;
Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
Lapidus, Ira, Sejarah Sosial
Ummat Islam, Ed. 1 Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja
Grapindo Persada, 1997.
Madjid, Nurcholish, Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi
Doktrin Islam dalam Sejarah, Ed. 1 Cet. 1 ; Jakarta : Paramadina, 1995.
Yatim, Badri, Sejarah
Peradaban Islam, Ed. 1 Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993.
[1]Ira Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam,
Ed. 1
(Cet. 1 ; Jakarta : PT.
Raja Grapindo Persada,
1997), hlm.93.
[2]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 227.
[4] ibid.,hlm.230.
[5]Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam,
Ed. 1
(Cet. 2 ; Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada,
2003), hlm.72.
[8] Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah, Ed. 1 (Cet. 1 ; Jakarta : Paramadina, 1995), hlm.135.
[9] ibid.,hlm.136.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar